Wanita itu tidak lagi muda. Usianya 66 tahun. Saat ini, dia sedang berdiri di podium. Membacakan makalahnya yang berjudul 'Upaya Menyajikan Pembelajaran Kimia untuk Siswa SMALB Tunarungu'. Suaranya lantang, tegas, penuh percaya diri. "Perkenankan saya pada kesempatan ini, di usia 66 tahun, menyampaikan pidato pengukuhan ini." Begitu dia mengawali pidatonya. Ya, wanita itu, Prof Poedjiastuti hari ini dikukuhkan sebagai guru besar Unesa. Bersama dengan dua guru besar yang lain, Prof. Dr. Endang Susantini (FMIPA) dan Prof. Dr. Ali Maksum (FIK).
Apa yang menjadikan wanita itu begitu istimewa di mata saya adalah ketekunan dan kesabarannya. Perjalanan panjang telah ditempuhnya untuk sampai pada tahap ini, dikukuhkan sebagai guru besar, jabatan tetinggi dalam bidang akademik. Jabatan itu diperolehnya pada tanggal 1 Juni 2011 atau tepatnya pada usia 63 tahun 6 bulan 6 hari. Itu merupakan usia tertua dalam memperoleh jabatan guru besar di antara guru besar di Unesa.
Namun tidak lama setelah diperolehnya jabatan itu, dia harus menerima kenyataan, bahwa masa kerjanya sudah menjelang berakhir. Proses pengajuan pensiun telah diluncurkan oleh Senat Unesa ke Pusat. Artinya, jabatan sebagai guru besar itu hanya sekejap saja dinikmatinya. Permohonannya pada Senat Unesa untuk memperpanjang batas usia pensiunnya, dengan berbagai pertimbangan, tidak diluluskan.
Ternyata Allah SWT berkehendak lain. Turunnya peraturan mendikbud tentang batas usia pensiun guru besar sampai usia 70 tahun, memberinya kesempatan untuk terus mengabdikan diri di Unesa. Subhanallah. Poedjiastoeti adalah sosok teladan tentang ketekunan dan kesabaran. Wanita kelahiran Wonosobo itu menyelesaikan pendidikan sarjananya di IKIP Surabaya pada tahun 1977 dalam program studi Kimia. Selanjutnya dia melanjutkan ke UGM, mengambil program studi Kimia Analitik, dan mendapatkan gelar Magister Sains pada tahun 1995. Baru pada tahun 2010, dia mendapatkan gelar Doktor Pendidikan IPA dari UPI. Ya, setelah lima belas tahun dia memperoleh gelar magisternya.
Ketekunannya juga tercermin dari karya-karyanya baik dalam bidang penelitian, pengabdian masyarakat, maupun karya ilmiah dalam bentuk buku maupun artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah serta berbagai seminar nasional dan internasional. Beberapa hasil karya itu terbaca di daftar riwayat hidupnya, dan betapa dia adalah dosen yang cukup produktif.
Dalam usianya yang tidak lagi muda, Poedjiastuti adalah teladan bagi kita semua. Dengan ketekunan, kesabaran, berbaik sangka dan pasrah sepenuhnya pada kehendak Illahi, apa yang tampaknya tidak mungkin menjadi sangat mungkin. Berikhtiar sekuat tenaga, fokus, dan biarkan Allah SWT yang menentukan. Do the best, let God does the rest. itulah kuncinya. (Ln/Byu)
sumber
Minggu, 29 Desember 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar